Selasa, 28 Desember 2010

KESEMRAWUTAN KOTA

Untuk menciptakan lingkungan kota yang asri memang sangat sulit. Dan pemikiran ini sepertinya sudah sangat terlambat mengingat kondisi sekarang yang sangat-sangat memprihatinkan. Contoh, kota Jakarta. Dulu menjadi kota yang sangat di minati orang-orang untuk mengadu nasib, namun kedatangan penduduk dari berbagai daerah yang umumnya dari pedesaan ini sangat tidak di waspadai oleh pemerintah sehingga terjadi pemadatan penduduk yang menyebabkan banyak efek negatif juga.

Senin, 06 Desember 2010

Pejabat Bejat Sikat Pajak

Sekarang jaman semakin susah. Sudah susah di buat susah lagi.
Rencana pemerintah daerah DKI Jakarta untuk penetapan pengusaha kena pajak 10% yang di rencanakan per 10 January 2011 mendatang akhir nya di pending. Dipending untuk sementara tetap saja membuat resah masyarakat. Yang namanya pending bukan berarti hangus kan, tetap saja dalam beberapa waktu kedepan akan di adakan. Namun, yang masuk dalam kategori wajib pajak adalah usaha penyedia makanan dan minuman yang memiliki penghasilan Rp60 juta pertahun. Pajak akan berlaku bagi seluruh jenis rumah makan yang memiliki omset Rp60 juta pertahun atau sekitar Rp5 juta perbulan atau sekitar Rp167.000 perhari. Tidak hanya warteg, pajak ini juga akan dikenakan bagi pemilik rumah makan padang dan usaha sejenis. Dampak bagi pembeli adalah harga akan naik dunk. 
Saya pribadi sich tidak lah masalah jika di kenai pajak, namun yang menjadi masalah adalah tidak adanya dampak positif dari pemungutan pajak tersebut. Pajak yang seharusnya di alokasikan untuk kepentingan rakyat juga seperti pembangunan-pembangunan sekolah, rumah sakit, subsidi pendidikan anak kurang mampu dan berprestasi, dll semuanya itu tidak kelihatan.

Wajar masyarakat tidak setuju dengan rencana pemungutan pajak tersebut. Banyak sekali hal-hal yang nantinya di rencanakan pemerintah untuk menjadi kena pajak, namun di hati masyarakat adalah itu hanya akan menjadi pendapatan baru bagi para oknum-oknum pejabat koruptor. Yang pada ujung nya kita masyarakat yang bersalah secara tidak langsung telah menambah dosa para koruptor tersebut ya karna akan menambah nilai korupsi mereka atau yang belum korupsi akan ambil bagian.

Secara praktek Indonesia memang sudah merdeka dari penjajahan negara asing, namun sebenarnya belum merdeka dari penjajah di tubuh Indonesia sendiri yang tak lain adalah orang-orang yang bergerak di bangku pemerintahan sendiri. Ya Indonesia di jajah oleh pemerintah sendiri. Ini justru hal yang paling tersulit. Ibarat duri dalam daging.

"Orang Bijak Bayar Pajak" ya.. ini lah slogan pemerintah yang terpajang besar di billboart2 pinggir jalan besar untuk meminta masyarakat sadar akan pembayaran pajak. Slogan ini bikin miris hati, kesannya jika masyarakat tidak bayar pajak maka mereka bodoh klo bayar pajak ya bijak, namun jika di bayar uang nya kemana??? serba salah kan!!! masyarkat terjebit dengan slogan pemerintah tersebut. Kesannya masyarakat akan di pandang bijak hanya jika bayar pajak. Bukannya gak mau bayar pak...tapi... bapak sich yang colong ntar..

Satu hal lagi dari arti slogan tersebut adalah pemerintah mengingatkan akan pentingnya pajak yang mana masyarakat harus memiliki kesadaran untuk bayar pajak. Namun yang masalah adalah "Pemerintah nya sadar gakkk....??" itu uang pajak kemana saja...???

Sehingga slogan terbut baiknya di tambah lagi dunk menjadi
              "Orang Bijak Bayar Pajak
                                     Pejabat Bejat Sikat Pajak"
jadinya imbang kan....
dari segi teori slogan, masyarakat tidak terjepit lagi, namun ini hanya teori saja yang pada prakteknya tetap saja pajak akan di sikat.

Salam,
adm.jendelajo@gmail.com

Rabu, 24 November 2010


Pahlawan Nasional dari Maluku


Jaman sekarang ini sudah menjadi sangat mungkin untuk melupakan sejarah Indonesia. Bagaima Indonesia merdeka dan siapa di balik dari Kemerdekaan tersebut. Untuk memperoleh kemerdekaan tersebut tentulah banyak aspek yang di korbankan seperti materi dan nyawa.
Ya kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ini di bayar dengan banyak darah para pejuang kita di medan perang. Ada banyak kisah yang menceritakan sejarah kepahlawanan para pejuang untuk memperolah kemerdekaan ini.

KAPITAN PATTTIMURA

Kapitan Pattimura yang bernama asli Thomas Matulessy, ini lahir di Negeri Haria, Saparua, Maluku tahun 1783. Perlawanannya terhadap penjajahan Belanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng Belanda di Saparua selama tiga bulan setelah sebelumnya melumpuhkan semua tentara Belanda di benteng tersebut. Namun beliau akhirnya tertangkap. Pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung padanya. Eksekusi yang dilakukan pada tanggal 16 Desember 1817 akhirnya merenggut jiwanya.


Perlawanan sejati ditunjukkan oleh pahlawan ini dengan keteguhannya yang tidak mau kompromi dengan Belanda. Beberapa kali bujukan pemerintah Belanda agar beliau bersedia bekerjasama sebagai syarat untuk melepaskannya dari hukuman gantung tidak pernah menggodanya. Beliau memilih gugur di tiang gantung sebagai Putra Kesuma Bangsa daripada hidup bebas sebagai penghianat yang sepanjang hayat akan disesali rahim ibu yang melahirkannya.

Dalam sejarah pendudukan bangsa-bangsa eropa di Nusantara, banyak wilayah Indonesia yang pernah dikuasai oleh dua negara kolonial secara bergantian. Terkadang perpindahtanganan penguasaan dari satu negara ke negara lainnya itu malah kadang secara resmi dilakukan, tanpa perebutan. Demikianlah wilayah Maluku, daerah ini pernah dikuasai oleh bangsa Belanda kemudian berganti dikuasai oleh bangsa Inggris dan kembali lagi oleh Belanda.

Thomas Matulessy sendiri pernah mengalami pergantian penguasaan itu. Pada tahun 1798, wilayah Maluku yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda berganti dikuasai oleh pasukan Inggris. Ketika pemerintahan Inggris berlangsung, Thomas Matulessy sempat masuk dinas militer Inggris dan terakhir berpangkat Sersan.

Namun setelah 18 tahun pemerintahan Inggris di Maluku, tepatnya pada tahun 1816, Belanda kembali lagi berkuasa. Begitu pemerintahan Belanda kembali berkuasa, rakyat Maluku langsung mengalami penderitaan. Berbagai bentuk tekanan sering terjadi, seperti bekerja rodi, pemaksaan penyerahan hasil pertanian, dan lain sebagainya. Tidak tahan menerima tekanan-tekanan tersebut, akhirnya rakyat pun sepakat untuk mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri. Perlawanan yang awalnya terjadi di Saparua itu kemudian dengan cepat merembet ke daerah lainnya diseluruh Maluku.

Di Saparua, Thomas Matulessy dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 mei 1817, suatu pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Pasukan Belanda yang dikirim kemudian untuk merebut kembali benteng itu juga dihancurkan pasukan Kapitan Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan benteng tersebut berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja benteng itu. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan yang lebih banyak dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.

Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.

Akhirnya dia diadili di Pengadilan kolonial Belanda dan hukuman gantung pun dijatuhkan kepadanya. Walaupun begitu, Belanda masih berharap Pattimura masih mau berobah sikap dengan bersedia bekerjasama dengan Belanda. Satu hari sebelum eksekusi hukuman gantung dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan kesejatian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng Victoria, Ambon pada tanggal 16 Desember 1817, eksekusi pun dilakukan.

Kapitan Pattimura gugur sebagai Pahlawan Nasional. Dari perjuangannya dia meninggalkan pesan tersirat kepada pewaris bangsa ini agar sekali-kali jangan pernah menjual kehormatan diri, keluarga, terutama bangsa dan negara ini

Sabtu, 23 Oktober 2010

Pasca kemerdekaan Indonesia



Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.

JEND. SOEDIRMAN


Panglima dan Jenderal Pertama RI

Jenderal Sudirman yang biasa juga di panggil Pak Dirman, dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang. Beliau merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.

Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.

Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.

Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaa.

Warisan Budaya yang berupa Monumen untuk mengenang jasa-jasa Pahlawan Besar ini, adalah sbb:

Monumen Jenderal Soedirman di Surabaya:

Selasa, 05 Oktober 2010

Makanan Vegetarian adalah terbaik bagi kita


Ilmu pengetahuan menemukan bahwa manusia memiliki organ-organ tubuh yang khusus dengan fungsi dan proses yang bekerja menurut hukum-hukum alam tertentu. Hukum alam ini, jika dituruti, akan memelihara tubuh sehat dan bekerja dalam tingkat yang normal. Menyimpang dari hukum alam ini bisa memberikan pengaruh yang merusak pada tubuh manusia. Kita diciptakan untuk menjadi vegetarian. Ada perbedaan antara herbivora (binatang pemkan tanaman) dan karnivora (binatang pemakan daging), misalnya:
MULUT. Mulut manusia terbuka kecil, sedangkan binatang pemakan daging seperti anjing mempunyai mulut yang terbuka lebar sehingga segumpal besar daging bisa masuk ke dalam mulut.
SUSUNAN GIGI. Manusia mempunyai gigi Seri yang memotong tajam dengan gigi geraham yang datar atau rata digunakan untuk melumatkan dan mengunyah makanan sama seperti hewan herbivora (pemakan tanaman). Pada segi lain, pemakan daging (karnivora) mempunyai gigi taring yang panjang, kuat dan tajam untuk merebut dan merobek-robek daging. Gigi taringnya tajam di sisinya sampai mendekati rahang yang digunakan untuk memotong daging.
GERAKAN RAHANG. Gerakan rahang pemakan daging searah buka dan tutup saja. Di pihak lain binatang pemakan tanaman mempunyai tiga gerakan rahang yang berbeda - vertikal atau keatas dan ke bawah ke samping, atau ke sisi-sisi dan ke depan clan ke belakang seperti manusia.
USUS. Pemakan daging memiliki perut yang sederhana, usus kecil yang pendek, dan usus besar yang sangat pendek, lurus dan licin. Di pihak lain, pemakan tanaman mempunyai kapasitas perut yang lebih besar dengan bagian-bagiannya yang seringkali rumit, misalnya perut ternak piaraan/sapi yang berlipat-lipat ganda. Usus kecilnya sangat panjang dan usus besarnya panjang dan licin. Usus manusia tidak berbentuk seperti para pemakan daging.
JALUR KERINGAT. Pemakan tanaman berkeringat melalui kulit sama seperti manusia, sedangkan hewan pemakan daging berkeringat melalui mulut. Ludah manusia mengandung enzim ptilin, sama seperti hewan pemakan tanaman, yang digunakan untuk mencerna tepung, tajin. Manusia meminum air dengan mengisap/menyedot seperti pemakan tanaman. Sedangkan semua hewan pemakan daging menghirup dengan lidah mereka. Garam empedu manusia seperti hewan pemakan tanaman dan bukan seperti pemakan daging.

Selasa, 21 September 2010

SEJARAH HARI LAHIRNYA KOTA JAKARTA



  
Oleh A.Heuken (Dalam rangka menyambut ultah Jakarta ke 470)
Awal mula berdirinya beberapa kerajaan dan kota besar di bumi ini diliputi mitos. Kekosongan data sejarah diisi dengan cerita legendaris. Demikian halnya dengan Roma, yang katanya didirikan oleh Romulus dan Remus, kakak-beradik yang dibesarkan oleh seekor serigala. Demikian juga diceritakan tentang negeri Matahari Terbit yang dikaitkan dengan keturunan dewi matahari, yang sampai kini menghiasi bendera kebangsaan Jepang. Menimbulkan polemik
Rupanya mitos semacam ini meliputi pula asal usul atau lahirnya Kota Jakarta, ibu kota tertua dari semua negara di Asia Tenggara, walaupun belum begitu tua jika dibandingkan dengan kota seperti Kyoto dan Thang-Long atau Hanoi umpamanya. Kalau demikian, atas dasar apa warga Jakarta merayakan hari jadinya yang ke-470 pada tahun ini? Sejarawan Abdurrachman Suryomomihardjo mengomentari keputusan Walikota Jakarta Sudiro (1953 - 1958) tentang hari jadi Jakarta sebagai "kemenangan Sudiro" yang berlandaskan "kemenangan Fatahillah" yang pastinya tidak kita ketahui. Pada tahun '50-an perdebatan tentang asal usul Jakarta memuncak dalam perang pena dua mahaguru, yaitu Dr. Soekanto dan Dr. Hussein Djajadiningrat. Polemik ini pun sudah menjadi sejarah yang dilupakan oleh sebagian besar penghuni Jakarta, yang dibuai terus dengan karangan-karangan resmi yang menampakkan asal usul ibu kota dengan begitu gamblang. Namun belum begitu lama Dr. Slametmulyana masih berpegang pada tesis bahwa nama Ja(ya)karta diturunkan dari nama adipatinya yang ketiga, yaitu Pangeran Jayawikarta, yang membela kotanya terhadap J.P. Coen, pendiri Batavia (1619), namun dikalahkan oleh saingannya dari Banten. Di balik berbagai teori yang kurang pasti ini apa yang pasti? Apa yang terbukti? Pertama, dokumen-dokumen tertua menyebutkan suatu permukiman di mulut Ciliwung bukan dengan nama Ja(ya)karta, melainkan Sunda Kelapa. ...lanjutkan